Selasa, 22 Januari 2008

SNAPSHOTS PERJALANAN SEORANG PENDAMPING USAHA KECIL

Bagian II Pendamping UKM Jamur Merang

Bismillahirrahmanirrahim

Awal Februari tahun 2003 saya resmi menjadi staf Project Officer (PO) PUPUK Karawang – sebuah LSM/NGO yang pada waktu itu bergerak pada kegiatan agrobisnis dengan fokus pendampingan petani jamur merang. PUPUK Karawang merupakan Desk Office/kantor perwakilan dari PUPUK bandung yang merupakan kantor pusat dari PUPUK-PUPUK yang lainnya.
Perkenalan saya dengan usaha jamur merang diawali dengan dikenalkannya saya pada petani jamur yang cukup sukses dan terkenal di Karawang yaitu Bapak Ir. Misa Suarsa seorang petani sekaligus pengusaha dan juga trainer jamur yang sering bekerja sama dengan PUPUK untuk membina petani target group PUPUK dalam hal budidaya jamur. Saya bersama petani dan juga officer satu angkatan yaitu Budhi Prasetia (sekarang sudah bekerja di salah satu NGO Donor) magang di pak Misa selama 4 Hari 3 Malam mulai dari pembekalan cara bertani jamur merang mulai dari cara mengomos merang, pemilihan bibit, mengukur suhu, penebaran bibit dan pemeliharaan masa tanam semuanya dipaparkan dan selanjutnya di praktekan dalam magang tersebut.
Adapun tugas saya selaku PO waktu itu adalah bertanggung jawab kepada Manager Proyek untuk implementasi program antara lain kegiatan konsultasi dan layanan usaha, laporan kegiatan proyek rutin dan monitoring target group rutin. Manager proyek juga merangkap sebagai kepala kantor waktu itu adalah Bapak Asep Efendi seorang konsultan UKM senior lulusan ITB dan juga mantan Aktivis PII, program pendampingan jamur waktu itu memasuki periode ke IV setelah sebelumnya menyentuh usaha ayam buras dan rajutan di Karawang.
Sebenarnya PUPUK Karawang sudah dari tahun 1999 membina pelaku usaha jamur merang sehingga pada akhir tahun 2002 sudah memiliki 10 kelompok binaan dengan jumlah orang sekitar 141 orang terdiri dari 118 petani jamur, 15 orang pedagang (bandar) dan 8 orang pembuat snack jamur, namun untuk keberlanjutan program dan untuk alasan serapan projek tahun 2003 ada kebijakan penambahan project officer dari semula hanya 4 menjadi 6 PO dan saya salah satu diantaranya.
Target utama kami adalah memperbanyak kelompok binaan serta perbanyak implementasi program, adapun program PUPUK Karawang secara garis besarnya adalah :
Saya sendiri melakukan tahapan pekerjaan dari mencari target group petani jamur sampai mengimplementasikan program di kelompok melalui tahapan kerja sebagai berikut:
• DESIGN
• PREPARASI
– Data collecting
– Sosialisasi
– Group self-help program
– Enterpreneurship program
– Apprentice Program
– Demoplot : Uji Coba
– Asistensi teknis
• MONITORING DAN EVALUASI

Kendala dilapangan memang sangat banyak dan pasti sama dirasakan oleh setiap pendamping petani ataupun penyuluh lapangan dari mulai disangka sebagai meminta sumbangan, penjual obat sampai pada pelepas uang lokal (bank keliling) sehingga pemahaman kelembagaan dan program menjadi modal utama untuk ngobrol kepada para petani. Tidak sulit memang untuk mencari sentra petani jamur merang karena awalnya sudah terpetakan dalam survey namun untuk mencari petani yang paham serta mau dibina memang tidak mudah.
Sebagai strategi untuk “entry point” pada petani jamur memang harus terlebih dahulu didapat beberapa permasalahan yang ada pada petani yang nantinya akan lakukan perbaikan secara bersama-sama, adapun permasalahan yang ada pada petani jamur merang teridentifikasi antara lain :
  1. Pola tanam/ keberlanjutan (continuity; Belum dilakukan pengaturan pola tanam jamur yang baik, sehingga produksi pada waktu tertentu melimpah atau sebaliknya.
  2. Produkstivitas; Produktivitas para petani jamur masih rendah, optimalnya jamur dapat mencapai 300 –400 kg/kmb/ siklus produksi. Sedangkan saat ini petani baru mencapai 100 –200 kg/kmb/siklus produksi.
  3. Kemampuan petani; Petani belum menguasai sepenuhnya teknik budidaya jamur merang standar petani sukses yang telah mencapai rata-rata 300 – 400 kg secara continue/ intensif setiap siklus produksi.
  4. Jalur pemasaran; Peranan bandar jamur masih sangat dominan dalam pemasaran jamur, sehingga harga ditentukan sepenuhnya oleh bandar.
  5. Praktek pola kemitraan; Pola kemitraan yang saat ini ialah petani dan bandar, yang pada umumnya belum tercipta “fair trade” (perdagangan yang adil).
  6. Bahan baku produksi; - ketergantungan pada alam yang tinggi untuk bahan baku utama jamur yaitu jerami, bila bukan masa panen padi petani yang tidak memiliki persediaan jerami tidak akan berproduksi, dan - belum adanya sertifikasi bibit bermutu untuk komoditas jamur merang.
  7. Permodalan; Sebagian besar petani kekurangan modal untuk peningkatan produksi dan perluasan usaha.
  8. Kelembagaan; Asosiasi yang sudah ada belum sepenuhnya aspiratif, membela kepentingan para petani. Asosiasi yang diharapkan dapat memfasilitasi dan dapat membela kepentingan petani.
  9. Kebijakan; Kebijakan atau program yang digulirkan oleh pihak berwenang belum menyentuh aspek pokok dari usaha jamur merang ini, masih bersifat parsial. Contoh belum ada kebijakkan yang mendorong insentif bagi terjadinya transaksi bisnis jamur yang menguntungkan pihak produsen.

    Dari masalah-masalah yang dapat diidentifikasi tersebut, maka kunci penyelesaian masalah ada pada kebersamaan dari para pelaku yang terlibat dalam melakukan perbaikan. Itulah yang harus dipahamkan pada para pelaku usaha agar mereka paham dan mau untuk berkelompok dan meningkatkan kapasitasnya baik dari sisi administrasi ataupun dari sisi organisasi.
    Cerita detil kegiatan pendampingan jamur merang ini akan saya lanjutkan pada bagian selanjutnya . Terimakasih.

Tanggal Hijriah

Google Translate

Image Hosted by ImageShack.us Image Hosted by ImageShack.us Image Hosted by ImageShack.us ridwan