Selasa, 28 Juli 2009

CATATAN PROYEK DI MALUKU UTARA TAHUN 2008

Usaha pangan olahan di Kota Ternate provinsi Maluku Utara adalah merupakan industri rumahan yang sudah tersentrakan diusahakan di dua kelurahan/desa yaitu Falajawa I dan Falajawa II sebagai salah satu upaya pengembangan usaha agroindustri yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

Survey di lakukan dengan fokus titik masuk di dua tempat dalam yaitu Falajawa I di Kecamatan Ternate Kota dan Falajawa II di Kecamatan Ternate Selatan, dari survey terkumpul 46 responden terdiri dari 27 IKM dengan Inti 23 Pengusaha Pangan Olahan, 4 IKM Pemasok Bahan Baku , 4 instansi pemerintah, 4 lembaga pembiayaan, 3 lembaga pendamping, 3 koperasi dan 5 UKM terkait.

Di lokasi sentra industri pangan olahan di Falajawa I dan Falajawa II, Kota Ternate, usaha pembuatan pangan olahan dengan berbagai jenis kue mulai dilakukan sekitar tahun 1976 dengan berbagai jenis variant produk antara lain: 1. Bagea, 2. Makroon, 3. Roti, 4. Biskuit, dan 5. Hempes. Para pengusaha menilai usaha ini adalah usaha warisan yang diturunkan dari orang tua tetapi kemudian mereka menilai usaha ini dapat dijadikan penopang dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dari hasil survey, terdapat kurang lebih industri inti 23 pengusaha pangan olahan di dua desa yang terletak di dua kecamatan yaitu Falajawa I di Kecamatan Ternate Kota dan Falajawa II di Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, dan diperkirakan dapat menyerap sekitar 80 - 100 tenaga kerja jika masing-masing pengusaha dapat mempekerjakan rata-rata 3 - 5 pekerja. Masing-masing pekerja selain menerima upah berdasarkan bulanan dengan kisaran antara 200 ribu rupiah sampai 600 ribu rupiah pada pekerja dengan keahlian tinggi, pekerja biasanya mendapatkan fasilitas makan siang, minum, atau makan tambahan bila harus lembur.

Modal awal yang diperlukan pengusaha antara Rp 250 ribu – Rp 1 juta tergantung skala usaha dengan catatan forno (tungku pembakaran) tempat untuk pembakaran kue sudah tersedia, satu hal lain yang penting bagi pengusaha tersebut yaitu harus mempunyai uang tunai untuk membayar pekerjanya sebelum menerima pembayaran dari pedagang. Pekerjaan yang dilakukan pembuatan kue (pangan olahan) berbeda – beda tergantung kue atau pangan olahan apa yang akan dibuat, misal untuk membuat bagea kenari biasanya meliputi beberapa tahap, yaitu:

· Memilih dan memilah bahan baku serta bumbu yang akan dipakai;

· Kupas kulit kenari;

· Cuci kenari yang telah di kupas;

· Giling/cincang kenari dalam mesin giling;

· Campurkan kenari, tepung sagu, air, telur dan garam;

· Aduk diatas meja adukan;

· Cetak adonan yang telah bercampur dengan menggunakan alat cetak;

· Susun bagea yang telah dicetak dalam loyang;

· Loyang yang telah berisi bagea dimasukan dan disusun dalam forno (tungku pembakaran) yang sudah dipanaskan oleh kayu bakar.



Menurut survey, diketahui penanggungjawab usaha rata-rata dimiliki oleh perempuan sebagai usaha sampingan untuk membantu suami sehingga kepemilikan usaha mencapai 78% dimiliki wanita.

Serta diketahui tingkat pendidikannya berkisar antara SD sampai dengan SLTA dengan asumsi rata-rata kawin muda dan dijodohkan masih dengan kerabatnya sendiri sehingga didapat sentra pangan olahan di Falajawa I dan Falajawa II merupakan keluarga besar keturunan Arab.

Fasilitas pendukung dirasakan cukup memadai karena responden yang menjawab hal tersebut tidak menjadi hambatan berkisar diatas 69%, adapun untuk tingkat layanan aparat pemerintah, perda serta retribusi/pungutan jawaban bervariasi serta beragam menunjukan ada sedikit hambatan dalam hubungan tersebut juga ditekankan dalam jawaban kualitatif responden yang menunjukan kekurang pedulian sebagian instansi pemerintah pada sektor pangan olahan dengan jawaban mereka pada umumnya adalah pembina sektor ini hanya PERINDAG Provinsi Maluku Utara, instansi lain belum menyentuh sektor pangan olahan ini.

Pemasaran menjadi sedikit hambatan bagi sebagian responden (31%) meskipun akses informasi dirasakan sudah cukup bagus, sistem pengupahan dan skill tenaga kerja relatif tidak menjadi masalah besar bagi para pengusaha pangan olahan di Falajawa I dan Falajawa II hanya yang terekplorasi dari wawancara dengan responden adalah tingkat ketekunan dan keuletan dalam bekerja karena tidak sedikit para pekerja yang sudah mahir membuat olahan makanan tidak bertahan lama.

Sudah terbentuk Kelompok kerja (Pokja) itu telah diberi nama yaitu Kelompok Kerja Klaster Industri Pangan Olahan “Moloku Kei Raha”. Kelompok kerja ini diketuai oleh Bapak Fauzan mewakili pengusaha pangan olahan bagea kenari di Falajawa II. Alamat sekretariat pokja sementara di rumah Ibu Nona, Falajawa II Jl. Alkasas No.1 Kota Ternate. Kelompok kerja Klaster Industri Pangan Olahan “Moloku Kei Raha” melakukan pertemuan secara reguler.


Struktur atau Peta Klaster Industri Pangan Olahan Maluku Utara

Rekomendasi :

  • Buat pelatihan pembuatan kue pada suku/kelompok diluar keturunan Arab tersebut karena mereka terbuka dan pada waktu ini kekurangan untuk tenaga kerja sehingga lokasi magang bisa disebar.
  • Libatkan pokja untuk melatih/instruktur lokal
  • Fungsikan Pokja sebagai wadah untuk membangun kepercayaan, jaringan dan kerjasama dalam masyarakat, sebagai mitra pemerintah, perusahaan dan lembaga lainnya yang konsen dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Juga sebagai lembaga pengembangan agenda tindak kolektif untuk pengembangan ekonomi masyarakat.

Jumat, 17 Juli 2009

BAHAYA ASAP


PENGENALAN SAGU

A. SAGU KECAMATAN MERBAU
Makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan dan ketentraman juga sebuah kebanggaan. Di dalam kehidupan komuniti manusia yang bersahaja. Makna tersebut menyebabkan makanan memiliki banyak peranan dalam kehidupan sehari-hari suatu komunitas manusia. Makna ini selaras dengan nilai hidup, nilai karya, nilai ruang atau waktu, nilai relasi dengan alam sekitar; dan nilai relasi dengan sesama. Yang disoroti disini adalah makanan yang menjadi sumber kebanggan serta kekuatan ekonomi masyarakat dan menjadi ke khas-an tersendiri yang patut di banggakan oleh suatu daerah.
Begitupun dengan sagu yang menjadi kebanggaan dan ciri khas di kecamatan Merbau, Merbau merupakan salah satu daerah di provinsi Riau yang potensial untuk pengembangan tanaman sagu dijadikan komoditi utama daerah. Area tanaman sagu di Provinsi Riau seluas 61.759 ha yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 52 344 ha (84, 75 %) dan perkebunan besar swasta seluas 15 415 ha (15,25%) (BPS 2001), lahan sagu terbesar salah satunya di kabupaten bengkalis yaitu 29.776,3 ha dengan produksi sebanyak 446.238 ton/tahun




B. SAGU DAN MANFAATNYA
Sagu menjadi tanaman primadona khususnya dilahan gambut yang memiliki kadar keasaman tinggi , Sagu dapat tumbuh juga dipekarangan rumah penduduk, ditengah kebun karet dan dimana saja. Kualitas sari pati sagu sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar air yang berada dilahan tersebut. Kalau dilahan yang jauh dari air biasanya tumbuhnya tidak begitu subur dan kadar sari pati sagunya juga sedikit. Tanaman Sagu yang terdapat di Kecamatan Merbau dan Kecamatan Tebing tinggi sangat dikenal karena kualitas sagunya.
Sagu menjadi tanaman primadona masyarakat tempatan, karena keunikan sagu adalah salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan tidak memerlukan penanaman kembali (REPLANTING).

Proses Penanaman
. Untuk menanam sagu tidak perlu lahan yang luas ukuran, biasanya lahan 1 Hektar bisa ditanam 100 – 150 batang sagu
. Calon batang sagu biasa disebut ABOT Sagu diambil dari tanaman induk pohan sagu itu sendiri
Abot sagu yang akan diambil biasanya sudah berumur diatas 1 tahun atau sudah berdaun agak lebar
. Lubang untuk menanam Abot biasanya berukuran 50 x 50 cm, satu lubang biasanya ditanam 2 batang abot, ini menghindari agar anak sagu (abot) bisa hidup minimal 1 rumpun.
. Setelah ditananam supaya anak sagu bisa tumbuh dengan baik, kebun harus dirawat/ditebas minimal 1 kali dalam 3 bulan
. Pada masa usia tanam berumur 1 tahun, baru bisa kelihatan anak sagu akan tumbuh menjadi batang sagu.

Proses Perawatan Kebun Sagu
· Untuk menjaga agar kebun sagu bisa memperoleh hasil penen yang baik, biasanya petani sagu selau menjaga dan memelihara kebun tersebut dari ancaman Api dan tumbuhnya rumput liar atau semak belukar, jika tidak dijaga kebun sagu akan tumbuh tidak sesuai dengan masa panen sagu
· Perawatan kebun sagu 1 kali dalam 3 bulan dengan cara ditebas atau dibersihkan emak dan belukar yang tumbuh disekitar tanaman sagu
· Parit atau pembuangan air harus dijaga agar kebun sagu tetap terjaga pertumbuhannya, dan parit ini juga dapat berfungsi sebagai tempat menyimpan sementara anak sagu yang akan ditanam atau buat proses pengangkutan Tual sagu yang sudah dipanen dihanyutkan ke sungai.

Proses Panen Kebun Sagu
Masa tanam kebun sagu biasanya berumur 8 sampai 10 tahun, ketika ketinggian batang sagu sudah dianggap cukup dan besar batang sagu sudah cukup untuk dipanen atau ditebang. Ketika satu batang sagu ditebang anak sagu akan menyusul induknya dan hanya berjarak satu tahun untuk dipanen.

Proses sagu di Pabrik
· Setelah di Panen, selanjutnya Tual sagu yang sudah dipotong dikelurkan dari kebun dengan cara digolek sampai ke sungai, di sungai tual sagu dirakit selanjutnya dari sungai ditarik ke sungai dengan menggunakan kapal Takbout atau kapal tarik.
· Sampai di pabrik tual sagu dinaikkan dari laut ke pabrik biasanya dengan tenaga manusia dan disusun rapi sebelum dinaikkan ke Konveyor peracik. Sebelumnya tual sagu ini dibersihkan dan kulit sagu (uyung) dikupas terlebih dahulu, setelah bersih baru dinaikkan ke konveyor pembersih.
· Diprosesnya sagu akan melewati beberapa proses penyaringan, atau melewati kube-kube penampung, sebelum sampai ke storage penambung. Sagu yang sudah jadi akan berbentuk bongkahan-bongkahan cetakan di Kube dan distorage terakhir akan dihaluskan sebelum kumpul ditempat penumpukan. Setelah itu sagu yang masih belum begitu kering diangkat manual dengan gerobak dorong dan dijemur dihamparan terbuka .
· Ampas sagu yang disebut Repu dibuang melalui aliran air dan biasanya akan mengalir di bak penampung pembuangan air.

Proses Pengeringan Sagu
Ada dua jenis system pengeringan sagu
1. Pengeringan Alami. Yaitu pengeringan sagu dengan menggunakan sinar matahari , prosesnya sederhana sekali, sagu di jemur ditempat terbuka dibawah panas sinar matahari, biasanya lama penjemuran sampai sagu kering 48 jam atau 2 hari. Kelemahan dari pengeringan alami ini adalah jika hari hujan, proses penjemuran tidak bisa dilakukan
2. Pengeringan dengan menggunakan steam (Uap). Sistim ini semi moderen, karena sudah menggunakan sedikit sentuhan teknologi, Steam (Uap) diperoleh dari proses pembakaaran kulit sagu (Uyung) uap panasnya digunakan untuk proses penjemuran sagu. Proses pengeringan ini akan berlangsung terus menerus tanpa kendala hari hujan ataupun udara lembab. Tempat penjemuran ini dibuat dari cor batu-bata yang berukuran 20 x 8 meter.

Manfaat lain dari sagu
Selain sagu yang bisa dijadikan tepung dan beragam jenis pembuat makanan, pati sagu juga bisa digunakan sebagai bahan baku pada industri kosmetik dan plastik yang ramah lingkungan. Daun sagu, pelepah sagu dan Ampas Sagu (repu) sangat berguna dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
· Daun Sagu yang sering disebut daun Rumbia bisa dibuat atap rumah, di Kecamatan Merbau sebagaian mata pencahrian suku asli Atau suku akit adalah dengan menganyam daun Rumbia untuk dibuat atap rumah, harga 1 sembar atap rumbia yang berukuran 3 x 0.5 m adalah Rp. 4000 dan harga 1 tanding adalah 40000 (1tanding = 10 lembar atap rumbia)
· Ampas sagu (Repu) bisa dibuat jamur Tiram dan juga mempunyai nilai ekonomis
· Uyung sagu atau kulit sagu bisa dijadikan bahan pelapis jalan, dan bisa juga dibuat untuk Pemecah Gelombang atau penahan ABRASI laut, dan juga bisa dibaut aneka kerajina tangan (Craft).
Jadi, di masa depan, sagu akan banyak digunakan untuk keperluan industri, antara lain sebagai bahan pembuatan roti, mie, kue, sirup berfruktosa tinggi, bahan perekat, dan plastik mudah terurai secara alami (biodegradable). Pati sagu juga digunakan dalam industri obat-obatan, kosmetik, kertas, etanol, dan tekstil. Sementara itu, limbah pengolahan sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak.

C. TEPUNG SAGU
Berdasarkan nilai gizinya, tepung sagu memiliki beberapa kelebihan ketimbang tepung dari tanaman umbi atau serelia. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Departemen Pertanian, tanaman sagu mengandung pati tidak tercerna yang penting bagi kesehatan pencernaan.
Oleh sebab itu, sagu baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan mie. Sebab me berbahan tepung sagu lebih sehat daripada mi dari terigu. Menurut peneliti ahli dari Universitas Kochi Jepang, Yoshinori Yamamoto, beberapa varitas sagu mempunyai kadar pati tinggi. Sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai komoditas pengganti beras yang bernilai gizi tinggi.
Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. Ini terjadi akibat kandungan tinggi pati di dalam teras batang maupun proses pemanenannya. Seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium, 1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil. Tepung sagu mengandung amilosa 27% dan amilopektin 73%. Kandungan kalori, karbohidrat, protein, dan lemak tepung sagu setara dengan tepung tanaman penghasil karbohidrat lainnya.
Di Papua New Guinea, telah dilakukan serangkaian penelitian tentang studi kelayakan produksi etanol dari tepung sagu. Hasil studi menunjukkan bahwa produksi etanol dari tepung sagu adalah layak. Diperkirakan dari pengolahan 1 kg tepung sagu menghasilkan etanol sebanyak 0.56 liter. Selain tepung sagu, ampas sagu kering dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ampas sagu kering yang diberikan pada ayam pedaging dan peternak dengan takaran 12.5-25.0% dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang buruk. Pemanfaatan ampas sagu kering sebagai pakan ternak akan mengurangi pencemaran lingkungan disekitar tempat pengolahan sagu.
Standar mutu tepung sagu di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3729-1995. Klasifikasi dan standar mutu tepung sagu adalah sebagai berikut:
a) Keadaan
1. Bau: normal
2. Warna: normal
3. Rasa: normal
b) Benda asing: tidak boleh ada
c) Serangga (bentuk stadia dan potongannya): tidak boleh ada
d) Jenis pati selain pati sagu : tidak boleh ada
e) Air (%) : maksimum 13
f) Abu (%): maksimum 0,5
g) Serat kasar (%): maksimum 0,1
h) Derajat asam (Ml NaOH 1N/100 gram): maksimum 4
i) SO2 (Mg/kg): maksimum 30
j) Bahan tambahan makanan (bahan pemutih): sesuai SNI 01-0222-1995
k) Kehalusan,lolos ayakan 100 mesh (%):minimum 95
l) Cemaran logam
1. Timbal (Pb) Mg/kg: maksimum 1,0
2. Tembaga (Cu)Mg/kg: maksimum 10,0
3. Seng (Zn)Mg/kg: maksimum 40,0
4. Raksa (Hg)Mg/kg: maksimum 0,05
m) Cemaran arsen (As)Mg/kg: maksimum 0,5
n) Cemaran mikroba
1. Angka lempengan total koloni/gram: maksimum 106
2. E. Coli APM/gram: maksimum 10
3. Kapang koloni: maksimum 104
Untuk mendapatkan mutu sagu yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan beberapa pengujian mutu, yaitu:
a) Cara uji serangga: timbang lebih kurang 25 gram contoh kemudian tekan sampai ketebalan 2-5 mm dengan menggunakan 2 lempeng kaca. Setelah itu diamkan selama 24 jam dan amati permukaan kaca dengan menggunakan kaca pembesar, apakah ada jejak-jejak bekas ulat. Larva, kepompong atau serangga dan potongan-potongannya dengan mengayak contoh, sedang telurnya dilihat mikroskop.
b) Cara uji jenis pati selain pati sagu (granula pati sagu): taburkan sedikit contoh
c) Sedangkan cara uji dengan benda asing, air, SO2, abu, serat kasar dan kehalusan sesuai dengan cara uji makanan dan minuman SNI 01-289-1992; cara uji derajat asam SNI 01-3555-1992; cara uji minyak dan lemak; cara uji cemaran logam dirinci, cemaran logam, cemaran logam raksa (Hg) dan cemaran arsen sesuai dengan SNI 19-2896-1992; cara uji cemaran logam dan cemaran mikroba sesuai dengan SNI 19-2897-1992. pada kaca obyek tambahkan sedikit air, kemudian ratakan, tutup dengan kaca penutup dan amati dengan kaca mikroskop pada pembesaran tertentu.
Bandingkan bentuk granula pati contoh dengan standar bentuk granula pati sagu. Adanya pati selain pati sagu menandakan tepung sagu tersebut dicampur dengan tepung lainnya.

*) diambil dari berbagai sumber

Tanggal Hijriah

Google Translate

Image Hosted by ImageShack.us Image Hosted by ImageShack.us Image Hosted by ImageShack.us ridwan